Free Catbert Cursors at www.totallyfreecursors.com
ini dunia mayaku: November 2015

SeLaMaT DaTanG

Semoga apa yang anda cari dan butuhkan ada di blog ini... Dan semoga membantu anda. Mohon maaf ketidaknyamanan pengunjung beberapa link tidak ditemukan. Untuk respon cepat bisa hubungi / lihat INFORMASI atau email langsung dan diusahakan tidak mendesak. :) Terimakasih kunjungan anda

DafTar LaBeL

Rabu, 11 November 2015

Siklus Generasi (bukan generasi nyinyir)




 Kita hanya siklus generasi
saat ini kami menagih janji
bukan generasi nyinyir




Lintas Usia
Generasi terdahulu hanya tersipu
Menutup muka tertunduk malu
Rindu menahan sendu
Di pusara pangkuan ibu
Generasi lama duduk lihat indah senja
menikmati hasil kerja
Pesan semangat generasi muda
Titip Negara ke generasi tua
Generasi tua tugas kelola negara
sering salah guna saling rebut singgasana
maju sikut demi harta depak satu untuk tahta
Lagi di sana sibuk main senjata hilangkan nyawa
konsumsi narkkoba hingga keluar penjara
Melangkah jika ada dana dapat jatah main mata
main angka putar data hasil rekayasa
Generasi tua mulai lupa, gelar pesta hilang rasa
pegang kendali ibu pertiwi
Sudah safari nyaman dapat kursi
menutup diri melangkah pergi
seakan negeri miliknya sendiri
Generasi muda disebut penerus bangsa
tak boleh tanya lihat saja
tak banyak bicara dilarang unjuk suara
Berjuang bersama dituding kudeta
bisa dikata jadi kendala Negara
Mudah serang tak bikin tenang
Mudah tersulut bakar suka onar
Generasi muda jaman demokrasi
katanya demokrasi bicara aja dibully
Kritisi negeri ditanya apa kontribusi
sampai dimaki kawan sendiri
Generasi kini yang masih happy
gemar selfie tak peduli korban tivi
lebih miris dicap apatis
Tingkah kata lagi kekinian
agar tak tertinggal jaman
Suka ikutan teman langgar aturan
asik candaan suka kelewatan korban tontonan
Generasi bayi lucu imut dikasi sayangi
tak ngerti rezim, sibuk disusui
tak tau kemana arah negeri dikemudi
masih hisap asi

Solo, 31 Oktober 2015
P.Lugas.N

melawan asap2



Ningnuning nuning nuning nuning nuning nuning…
Bunyi dering HP Menyapaku pagi hari
Pesan dari ibu muncul
Met pagi mbak
 Gimana kabar mbak?
Ibu dan bapak di Kalimantan sehat semua mbak
Jangan sedih, yang konsent kuliah(kerja) di sana ya mbak.
Sehat-sehat juga di sana ya, jangan lupa maem, sholatnya juga
Ibu cuma bisa sms mbak
Mbak gag usah telpon jaringan gag bagus mbak
Jadi cuma bisa sms aja
Di sini memang kena kabut asap
Mbak gag usah khawatir, jangan sedih ya mbag
Gag usah buru-buru ijin pulang mbak
Udah mbak mau kuliah(kerja), gag usah dibalas
Hati2 ya mbak

Mungkin jaringan hanya alasan agar aku tak mendengar suara ibu dan bapak yang sesungguhnya keadaanya.
Ku harap bapak dan ibu di sana selalu sehat. Melihatku berhasil.

MELAWAN asap (ceritaku protes)



 (Ceritaku Protes)

LIBURKU Tak Ceria
Kawanku nan jauh, hari ini aku ingin berbagi sedikit kisahku. Ku ceritakan kepadamu kawan, mungkin karena yang sama-sama seusia belum banyak pikiran atau beban kerja. Bukan ku bagi cerita ini kepada orang dewasa di istana, bukan bapak atau ibu pejabat atau om dan tante wakil rakyat, ku tahu mereka sibuk bekerja, lelah, memikirkan pembangunan, perekonomian, ku tak mau ceritaku menjadi bebannya. Aku masih kecil tak bisa menjawab ketika ditanya apa yang kamu beri buat Ibu Pertiwi. Jadi cukup aku dan kamu kawan. Aku bukan mengemis belas kasihan, aku hanya berbagi padamu sahabat.
Sahabatku se Indonesia, bersyukurlah yang hari ini bisa UTS meskipun soal sulit. Berbahagia lah meskipun jauh berganti angkutan umum, masih bisa sekolah. Senanglah masih bernyanyi meski tak beralas kaki berkumpul di sekolah. Tetap ceria meski harus menyeberangi sungai melewati terjalnya gunung dapat berkumpul teman menuntut ilmu dan belajar. Aku harus belajar di rumah sekolah libur, dan tak tahu kapan akan masuk kembali, hingga kabut asap hilang.
Pagi ini masih di rumah, di luar tampak gelap tapi bukan malam kawan ku masih tak sekolah. Aku sedikit sebel dan kesel aku tak bisa main di luar. Aku tak bisa berkumpul dengan teman di sini, ku harus belajar mandiri, ku pelajari sendiri buku materi. Makanpun ku harus bisa sendiri, Bunda ku harus mengurus adikku yang sudah 3 hari ini rewel, menangis badannya panas, demam. Bunda tampak lesu kurang tidur sedikit batuk kecil. Ayahku juga begitu bibir kering sesekali mengusap mata menghilangkan perih di mata dan batuk yang mulai dalam menyiksa. Rumah sakit, puskesmas juga ramai anak-anak seusia aku dan adikku yang antri diperiksa. Bahkan orang dewasa. Iiich asap jahat bikin sakit orang.
Hari ini ku bangun pagi seperti biasa, tak kudengar tangis rewel adikku, mungkin sudah membaik terlebih sembuh. Ku hampiri ke kamarnya, ku belai adikku, ku usap badannya, benar badannya dingin, tak menangis. Sudah sembuh batinku, ku lihat bunda dan ayahku matanya berlinang air mata. Bunda dan ayahku menangis, memanggilku, memelukku dan mendekap erat sambil berbisik adik udah gag ngrasain sakit, adik udah tenang, ku tak tahu artinya. Kalo tidak sakit kenapa ayah dan bunda menangis. Tak lama keluarga bahkan tetangga datang menjabat tangan dan memeluk ayah dan bunda. Esok harinya adikku digendong ayah menuju pemakaman. Ayah mengumandangkan adzan. Tanah mulai menutup badan adikku. Bunda memelukku semakin erat sambil menangis. Aku masih gag mengerti. Asap yang jahat, siapa yang membuat asap sebanyak ini?
Ku dengar dari berita karena pembakaran hutan. Kenapa? Kemana orang dewasa yang punya hak menangkap?
Dan adikku, ku tinggalkan bersama ayah dan bunda. Aku baru tahu arti sudah tak ngrasain sakit lagi, asap gara-gara asap. Semua gara-gara asap.
Tapi tangan mungilku hanya bisa menutup hidung dan mulutku sendiri

Sahabat jika membaca ini jangan menjadi pikiranmu, juga orang tuamu. Aku hanya ingin berbagi. Cukup kamu ya sahabat.
Jangan sampai kamu merasakan sedih kami.
Jangan kamu baca berulang kalau tak sanggup.
Terlebih jika kamu bisa merasakan tak pernah ingin merasakan apa yang kami rasakan.

(Kisah ini sebagai protes melawan asap Sumatera-Kalimantan, mohon maaf jika ada kesamaan kisah)
Solo, 20 Oktober 2015
-Pet-

BUKAN GENERASI NYINYIR



Tahun 2015, 70 tahun Indonesia merdeka teknologi semakin maju. Yang jauh bisa dekat, tapi kadang yang dekat terasa jauh, karena asik dengan teknologi. Saat ini remaja masih asik dengan dunia mereka masing –masing, sibuk dengan urusan pribadinya, gadget, hang out dll. Usia dewasa kini lagi memikirkan karier untuk masa depan mereka. 
Sayangnya anak kecil dipaksa kehilangan masa kanak-kanaknya di usianya, digerus dari acara tontonan, dari musik, dari lingkungan dari apa yang dilihat, didengar.
Di sisi lain anak muda yang bicara soal negerinya, pemerintahnya bicara kritik harus dibully dibilang gag move on, dibilang sok lah, ditanya kontribusi apa ke negerinya, sampai dianggap gag menghargai Negara, sampai generasi tua pun menuding generasi muda hanya jadi kendala pembangunan.
Kawan-kawanku tengok mereka generasi tua apa terjadi, apa yang dilakukan di sana, apa kah kita cuma akan jadi penonton, membiarkan mereka bertindak sesuka hati karena wewenangnya??
INi kami…
kami hanya menagih janji
Kami masih ada


INI SAYA SAMPAIKAN PUISI SEBAGAI JAWABAN KAMI BUKAN GENERASI NYINYIR


-GENERASI PENAGIH JANJI-

Rezim terdahulu tak ada yang berani kelakar
bisa ditangkap, dianggap makar
Toa orasi keras tak gentar
tekad didengar melawan dilempar
Kisah juang kan jadi memori negeri
sejarah berjuta cerita terkenang di hati
Kini senyum manis mengawali
bersinar itu namanya reformasi
Dewasa katanya demokrasi bebas beri ulik
ternyata dianggap mengusik
Umbar triak kritik, bisa diinjak fanatik
Lontar gelitik, perlahan tercekik
Tampil beda dikata tak setia
Tak sama dibilang tak satu suara
Di luar terlihat bebas perlahan dilibas
Dianggap aktifitas lepas, pengganggu otoritas
Protes dibilang tolak progress
Gelar sidang, teatrikal panggung jalanan
Dibilang, tak bermoral tak sopan
Segelintir  anak nakal kurang perhatian
Hanya kata dituding tak berdaya
Bikin deklarasi dituduh dipolitisasi
Demonstrasi katanya ditunggangi
Bikin aksi disangka sok peduli tanpa solusi
            Cara utarakan aspirasi
Protes illegal dicap vandal
Berani vocal dipikir radikal
Dari petisi hingga siap dieksekusi
Protes ini soal aksi tapi dimaki
Protes ini soal peduli dihakimi minim prestasi
Bukan sekedar prosesi menanti harmoni
Mereka yang bersafari manis di kursi
Kawan jangan pandang sok pahlawan
Buka mata hati juga pikiran
Bukan tak ingin bersama, meski tak sejalan
Jangan paksa senada demi bangsa ke depan
Dipaksa mimpi, nyanyi kritisi lalu solusi implementasi juga
Lantas apa kerja mereka ? Lupa ?
Tanya ke mana Negara kan dibawa
Dikira tantang generasi lama
Hobi keliling katanya serapan aspirasi
Gemar voting main revisi
Katanya genting selamatkan negeri
Ujungnya penting perut sendiri
Sana sini giat tebar wacana kontro versi
Dibiar bahas bakal terealisasi
Makin liar tak terkendali
Bertindak sesuka hati
Bicara perubahan bawa kemajukan
Asik hambur uang milyaran
Bikin proyek pembangunan
Akalin duit anggaran
Wakilnya foya harta
Rakyat menderita
Telah kluar jalur tak ikut alur
Tapi tak mundur negeri bisa hancur
Tugas yang terhormat mengangkat rakyat
Sibuk angkat sendiri derajat
Didiam makin nekat kelam menjerat
Tenggelam mengikat pendam pejabat tak kunjung tobat
Ceria canda tlah dirampas
Hak hidup ditindas
Serakah menggilas
Gontai raga makin dihempas


Lihat siapa yang terlena
Saat nyaman di singgasana
Seragam dan jabatan yang bicara
Dan itu masih harus lurus ikuti cerita ?
Rakyat resah
Pemerintah jawab terserah
Saat teriak parah
Baru gelisah
Masih menanti bukti petinggi
Masih berdiri menagih janji
Bukan tukang sindir
Di sini bukan generasi nyinyir



Solo, 28 Oktober 2015
P.Lugas.N