Free Catbert Cursors at www.totallyfreecursors.com
ini dunia mayaku: September 2013

SeLaMaT DaTanG

Semoga apa yang anda cari dan butuhkan ada di blog ini... Dan semoga membantu anda. Mohon maaf ketidaknyamanan pengunjung beberapa link tidak ditemukan. Untuk respon cepat bisa hubungi / lihat INFORMASI atau email langsung dan diusahakan tidak mendesak. :) Terimakasih kunjungan anda

DafTar LaBeL

Minggu, 29 September 2013

Wajah dosen


 Coretan Kursi KampuS

INi gAmbar dosen saat kuliAH di kelas.....
sambil mendengarkan iSeng juga meencoret binder...


MOHON MAAF APABILA ADA KETIDAK MIRIPAN, TIDAK ADA NIAT UNTUK MENYINGGUNG DAN MELECEHKAN


iNi hanya sebuah coretAN





Bp. Son Haji
Saat Mengajar Kuliah Agama Semester 1
Dosen Kewarganegaraan Semester 1




Selasa, 24 September 2013

GORESAN DUKA


Puisi ini telah dimuat SOLOPOS (SAJAK REMAJA) pada edisi 9 Januari 2005

GORESAN DUKA
(Teriring doa untuk saudara-saudaraku di Aceh)

Desember kelabu mengukir derita
Deru debur ombakmu yang menggila
Goncangan badai luluh lantakkan
Menerjang...menggilas yang ada
Bencana kembali menyapa
Tsunami ! Datangmu tak diundang
Mengoyak bingkai kemegahan
Hancur lebur ! Porak poranda !
Serambi Mekah berduka
Indonesia menangis
Kidung kematian menyayat kalbu
Dendangkan kisah tragis pilu
            Duduk bersimpuh ratapi nasib
            Menghitung dosa sesali diri
            Tertunduk kelu doa berlagu
            Sujud mengadu pasrah pada Mu


                                                Solo, 30 Desember 2004
                                                P.Lugas.N

SAHABAT


Puisi ini telah dimuat SOLOPOS (SAJAK REMAJA) pada edisi 11 Februari 2007


SAHABAT
Dahulu kita bersama
Bermain riang gembira
Duka nestapa
Kita lalui bersama
            Kini kita tlah berpisah
            Sekian tahun lamanya
            Engkau pergi tanpa berita
            Di manakah kau sahabat ?
Meski sepi di sampingku
Hidup nan berat di hatiku
Kan kubuka hatiku
Tuk sadar kau tlah jauh
            Sementara hari terus berlalu
            Engkau pergi menggapai cita-cita
            Masih ingatkah kau
            Padaku sahabat


                                                Solo, 27 Januari 2007
                                                P.Lugas.N

Pusara Negeri Bersaksi


Puisi ini telah dimuat JOGLOSEMAR (LITERA) pada edisi 22 September 2013

Pusara Negeri Bersaksi

Lebih dari setengah abad sudah negeri ini merdeka
dari pertempuran penjajah
Pusara bernisan dengan nama yang pudar
ditemani taburan bunga yang kering
terlihat tak pernah kering meskipun tiada hujan
Ketika di negeri yang dibela lalu merdeka hanya pekikan tiga kali di bulan Agustus
Mereka yang gugur tak kuasa melihat ibu pertiwi
yang dijaga dilindunginya dulu dari penjajah
Kini tertunduk, ditelanjangi petinggi negeri
Inikah merdeka sekarang, berharap bebas lepas
dan menginjak hak orang lain menyampingkan kwajiban
Pusara bernisan tanpa nama
berhias rumput liar
Tak kan kering meski di musim kemarau
Mereka yang bertaruh nyawa
serasa ingin bangkit
menghujam bambu runcing ke penerus negeri
Mereka ingin bangkit
menghabisi petinggi negeri yang hanya diam saat ibu pertiwi ini dilecehkan
Mereka yang gugur gugur tak kuat menyaksikan ibu pertiwi terluka
tak ingin ibu pertiwi bertahan sendiri
serasa mengajaknya bersama berbagi satu pusara
Pusara bernisan tanpa nama tak kan pernah kering hanya bisa jadi saksi bisu



                                                Solo, 28 Agustus 2013
                                                P.Lugas.N

Nyanyian di batas Negeri


Puisi ini telah dimuat JOGLOSEMAR (LITERA) pada edisi 22 September 2013


 Nyanyian di batas Negeri
Ibu Pertiwi…
Dengar sejenak lagu kami
Nyanyi anak di batas negeri
Yang kian hilang tak bertepi
Tak terdengar meski memecah sepi
Ini kisah kami
Bukan crita fiksi atau fantasi
Yang terasing di tengah megahnya jani
Kian terpinggir tertelan teknologi
Redup di bawah bersoleknya negeri
                        Ibu Pertiwi ...
Masih ingatkah pada kami?
atau sengaja kau tinggal agar ditimang ibu tiri
Tengok kami tak sekedar inspeksi
tapi dengan kehangatan hati
Ibu Pertiwi ...
Kami yang jauh dari pelukmu
Datanglah temui kami, yang terlalu lama memendam kepedihan
Mampirlah temui kami, yang berkawan pagar besi penjagaan
Kami yang berteman pasir, alam dan lautan
Toleh kami bukan karna sorotan, bukan karna program anggaran tapi nurani
Kami bukan galauan yang pemimpin jadikan curhatan, dengan kata prerogatif yaitu prihatin dan tanpa lagi dipikirin
Kami tak butuh haru, iba juga kasihan
Kami perlu pengakuan dan kehangatan
Ibu Pertiwi...
Kami juga anak negerimu
Kami rindu peluk eratmu

Solo, 23 Juli 2013
P.Lugas.N

Kutukan SANG Garuda


Puisi ini telah dimuat JOGLOSEMAR (LITERA) pada edisi 22 September 2013


Kutukan SANG Garuda
Negeri gemah ripah hijau terhampar luas sawah
Kutitipkan tuk generasi setelahmu
Aku  kan terbang tinggi ke angkasa
Menunaikan tugas negeri
Ingat pesan ku jangan kalian lupa
Jauhi tiap larangan, penuhi tiap kwajiban, saling mengasihi sesama
Kini saat ku kembali
Kalian tlah mendua, kalian berselingku setelah lama kalian pinang
Dan aku kalian campakkan ditindas tak bernyawa
Tak sadarkah kalian ? Aku Sang Garuda
Aku pemersatu kalian, pelindung dan pengayom
Aku Aku Sang Garuda
Di dada ini satu perisai dengan 5 dasar kebaikan
Kalian lupakan, kalian urai beraikan, runtuhkan jadi kepingan tak berarti
Terkikis kesaktianku, rapuh sudah kebesaran keperkasaan
Kalian paksa aku bernyanyi, kalian gantung di sudut dinding
Aku terpaku, aku ditulikan aku dibutakan
cengkeramanku kalian perlemah, sayapku ditebas, terhempas tubuhku
ke pangkuan ibu pertiwi
Kalian berdusta kalian langgar sumpah
Ini bukan sekedar balas dendam ini hukuman
Tak kan kalian lihat lagi kerukunan
Tak kan dengar lagu kemakmuran
Tak kan kalian tahu ceria anak cucumu
Kalian akan buta kebenaran dari kesalahan
akan tuli kejujuran dari kebohongan
Aku tak tenang meski ku tlah dinirwana
Aku membumbung terbang hilang



                                                                        Solo,18 Juli 2013
P.Lugas.N