Free Catbert Cursors at www.totallyfreecursors.com
ini dunia mayaku: MELAWAN asap (ceritaku protes)

SeLaMaT DaTanG

Semoga apa yang anda cari dan butuhkan ada di blog ini... Dan semoga membantu anda. Mohon maaf ketidaknyamanan pengunjung beberapa link tidak ditemukan. Untuk respon cepat bisa hubungi / lihat INFORMASI atau email langsung dan diusahakan tidak mendesak. :) Terimakasih kunjungan anda

DafTar LaBeL

Rabu, 11 November 2015

MELAWAN asap (ceritaku protes)



 (Ceritaku Protes)

LIBURKU Tak Ceria
Kawanku nan jauh, hari ini aku ingin berbagi sedikit kisahku. Ku ceritakan kepadamu kawan, mungkin karena yang sama-sama seusia belum banyak pikiran atau beban kerja. Bukan ku bagi cerita ini kepada orang dewasa di istana, bukan bapak atau ibu pejabat atau om dan tante wakil rakyat, ku tahu mereka sibuk bekerja, lelah, memikirkan pembangunan, perekonomian, ku tak mau ceritaku menjadi bebannya. Aku masih kecil tak bisa menjawab ketika ditanya apa yang kamu beri buat Ibu Pertiwi. Jadi cukup aku dan kamu kawan. Aku bukan mengemis belas kasihan, aku hanya berbagi padamu sahabat.
Sahabatku se Indonesia, bersyukurlah yang hari ini bisa UTS meskipun soal sulit. Berbahagia lah meskipun jauh berganti angkutan umum, masih bisa sekolah. Senanglah masih bernyanyi meski tak beralas kaki berkumpul di sekolah. Tetap ceria meski harus menyeberangi sungai melewati terjalnya gunung dapat berkumpul teman menuntut ilmu dan belajar. Aku harus belajar di rumah sekolah libur, dan tak tahu kapan akan masuk kembali, hingga kabut asap hilang.
Pagi ini masih di rumah, di luar tampak gelap tapi bukan malam kawan ku masih tak sekolah. Aku sedikit sebel dan kesel aku tak bisa main di luar. Aku tak bisa berkumpul dengan teman di sini, ku harus belajar mandiri, ku pelajari sendiri buku materi. Makanpun ku harus bisa sendiri, Bunda ku harus mengurus adikku yang sudah 3 hari ini rewel, menangis badannya panas, demam. Bunda tampak lesu kurang tidur sedikit batuk kecil. Ayahku juga begitu bibir kering sesekali mengusap mata menghilangkan perih di mata dan batuk yang mulai dalam menyiksa. Rumah sakit, puskesmas juga ramai anak-anak seusia aku dan adikku yang antri diperiksa. Bahkan orang dewasa. Iiich asap jahat bikin sakit orang.
Hari ini ku bangun pagi seperti biasa, tak kudengar tangis rewel adikku, mungkin sudah membaik terlebih sembuh. Ku hampiri ke kamarnya, ku belai adikku, ku usap badannya, benar badannya dingin, tak menangis. Sudah sembuh batinku, ku lihat bunda dan ayahku matanya berlinang air mata. Bunda dan ayahku menangis, memanggilku, memelukku dan mendekap erat sambil berbisik adik udah gag ngrasain sakit, adik udah tenang, ku tak tahu artinya. Kalo tidak sakit kenapa ayah dan bunda menangis. Tak lama keluarga bahkan tetangga datang menjabat tangan dan memeluk ayah dan bunda. Esok harinya adikku digendong ayah menuju pemakaman. Ayah mengumandangkan adzan. Tanah mulai menutup badan adikku. Bunda memelukku semakin erat sambil menangis. Aku masih gag mengerti. Asap yang jahat, siapa yang membuat asap sebanyak ini?
Ku dengar dari berita karena pembakaran hutan. Kenapa? Kemana orang dewasa yang punya hak menangkap?
Dan adikku, ku tinggalkan bersama ayah dan bunda. Aku baru tahu arti sudah tak ngrasain sakit lagi, asap gara-gara asap. Semua gara-gara asap.
Tapi tangan mungilku hanya bisa menutup hidung dan mulutku sendiri

Sahabat jika membaca ini jangan menjadi pikiranmu, juga orang tuamu. Aku hanya ingin berbagi. Cukup kamu ya sahabat.
Jangan sampai kamu merasakan sedih kami.
Jangan kamu baca berulang kalau tak sanggup.
Terlebih jika kamu bisa merasakan tak pernah ingin merasakan apa yang kami rasakan.

(Kisah ini sebagai protes melawan asap Sumatera-Kalimantan, mohon maaf jika ada kesamaan kisah)
Solo, 20 Oktober 2015
-Pet-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar